BPK RI Perwakilan Provinsi Jabar Peringati Hari Ibu dengan Upacara Bendera

Perjuangan untuk mewujudkan kemajuan dan pemajuan kaum perempuan Indonesia belum berhasil sepenuhnya, apabila kita masih melihat perempuan Indonesia hanya sebagai objek pembangunan, bukan sebagai subjek pembangunan. Perempuan Indonesia harus dilihat sebagai aset pembangunan yang  potensial untuk mengisi kemerdekaan dan membangun hari depan Indonesia yang lebih baik. Demikian disampaikan Kepala Sekretariat Perwakilan (Kasetlan) Provinsi Jawa Barat (Jabar) BPK RI Walmin Purba saat membacakan Sambutan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Sambutan itu disampaikan Kasetlan Provinsi Jabar BPK RI saat menjadi Inspektur Upacara dalam Upacara Bendera Memperingati Hari Ibu ke-83, pada Kamis (22/12/11) lalu.

Upacara yang dilaksanakan di halaman Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Jabar tersebut diikuti oleh para pejabat dan pegawai di lingkungan BPK RI Perwakilan Provinsi Jabar. Peringatan Hari Ibu yang ke-83 itu sendiri  mengambil tema “Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Membangun Ketahanan Ekonomi Menuju Kesejahteraan Bangsa”. Kasetlan Provinsi Jabar BPK RI menyampaikan, semangat mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa merupakan kelanjutan dari cita-cita kebangsaan kaum perempuan Indonesia yang diamanatkan pada Kongres Perserikatan Perempuan Indonesia ke-2 di Jakarta pada 1935. Dijelaskan bahwa kewajiban utama perempuan Indonesia adalah menjadi ibu bangsa yang menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang saling menghormati, berbagi peran antara laki-laki dan perempuan, bersikap positif dan produktif, serta memberi kesempatan kepada kaum perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negara.

Peringatan Hari Ibu dilaksanakan untuk mengenang penyelenggaraan Kongres Perserikatan Perempuan Indonesia yang pertama pada tanggal 22 Desember 1928. Peringatan Hari Ibu tahun 2011 memfokuskan pada aspek ekonomi, sehingga kaum perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan status sosial dapat melakukan introspeksi kembali terhadap upaya dan memperjuangkan yang telah dilakukan kaum perempuan di bidang ekonomi dalam rangka perbaikan kualitas hidup perempuan dan anak, keluarga, masyarakat serta bangsa Indonesia. (JOSH)